Ilmu Budaya Dasar : Manusia dan harapan
MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
“MANUSIA DAN HARAPAN”
Disusun Oleh:
Nama: Olethea Farah Utari
NPM: 55418514
Kelas: 1IA07
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa
menyusun dan menyajikan Makalah Ilmu Budaya Dasar ini yang berisi tentang
keterkaitan manusia dengan harapan. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah Ilmu
Budaya Dasar ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya
membangun yang berguna untuk menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan
dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan
Makalah Ilmu Budaya Dasar ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan
sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.
Jakarta, 21 April 2019
Penulis
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1
DAFTAR
ISI ................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 5
2.1 Pengertian Harapan .............................................................................................. 5
2.2 Persamaan
Antara Harapan dan Cita-Cita ............................................................ 5
2.3 Contoh-Contoh
dari Harapan ............................................................................... 5
2.4 Penyebab
Mengapa Manusia Mempunyai Harapan .............................................. 6
2.5 Pengertian Doa
..................................................................................................... 7
2.6 Jenis-Jenis
Doa ..................................................................................................... 7
2.7 Contoh-Contoh
Doa ............................................................................................. 7
2.8 Pengertian
Kepercayaan ....................................................................................... 8
2.9 Teori-Teori
Kebenaran .......................................................................................... 9
2.10 Perbedaan
dari Kepercayaan .............................................................................. 9
2.11 Usaha Manusia
Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Kepada Tuhannya .......... 10
BAB
III PENUTUP ..................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda.
Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada
usaha orang yang mempunyai harapan itu.
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan
supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita. Kita harus hidup
dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup menggantung semata pada harapan.
Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa. Bekerja dan bertindak
disertai dengan harapan di dalam hati adalah hal yang membawa hasil. Harapan
tidak akan mengecewakan selama hal itu disertai dengan tindakan dan komitmen.
Kualitas hidup anda tidak tergantung pada apa yang and
temui, tetapi pada seperti apa anda setelah melewati segala tantangan. Hari ini
adalah hari istimewa karena anda diperbolehkan masuk ke hari ini. Ada
kesempatan untuk tumbuh dan mencapai cita-cita anda ke segala arah. Bila orang
di sekitar anda pencemooh dan pendengki, anda punya kesempatan untuk membuat
bahwa karena anda lingkungan anda bisa berubah ke arah lebih baik. Tantangan
kesulitan yang ada di depan anda menyembunyikan harta karun nyata yang menunggu
untuk digali.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan pengertian harapan
2.
Menyebutkan persamaan harapan dan cita-cita
3.
Menuliskan contoh-contoh harapan
4.
Menyebutkan penyebab manusia mempunyai harapan
5.
Menjelaskan pengertian doa
6.
Menyebutkan macam-macam doa
7.
Menuliskan contoh-contoh doa
8.
Pengertian kepercayaan
9.
Menyebutkan teori-teori kebenaran
10.
Membedakan 4 kepercayaan
11.
Menyebutkan usaha manusia untuk meningkatkan rasa percaya
kepada Tuhannya
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan pengertian harapan
2
Menyebutkan persamaan harapan dan cita-cita
3
Menuliskan contoh-contoh harapan
4
Menyebutkan penyebab manusia mempunyai harapan
5
Menjelaskan pengertian doa
6
Menyebutkan macam-macam doa
7
Menuliskan contoh-contoh doa
8
Pengertian kepercayaan
9
Menyebutkan teori-teori kebenaran
10
Membedakan 4 kepercayaan
11
Menyebutkan usaha manusia untuk meningkatkan rasa percaya
kepada Tuhannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa
harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli
warisannya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Misalnya, Budi yang
hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli
mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah
tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “si pungguk
merindukan bulan”.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik
kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib
selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya doa dan harapan.
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan
suapa sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
2.2 Persamaan Antara Harapan dan Cita-Cita
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan
mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya
perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan, yaitu:
A. Keduanya
menyangkut masa depan karena belum terwujud.
B. Pada umumnya dengan
cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
2.3 Contoh-Contoh dari Harapan
Berikut contoh-contoh dari harapan, yaitu:
A. Budi seorang
mahasiswa Universitas Indonesia, ia sangan rajin belajar dengan harapan di
dalam ujian semester mendapatkan nilai yang baik.
B. Agus seorang
wiraswasta yang baik. Sejak memulai usahanya, ia mempunyai harapan agar
usahanya menjadi besar dan maju. Ia yakin usahanya akan menjadi kenyataan,
karena itu ia berusaha dengan bersungguh-sungguh.
Dari kedua contoh diatas, apa yang diharapkan Budi dan
Agus ialah terjadinya buah keinginan, karena itu mereka bekerja keras. Budi
belajar tanpa mengenal waktu dan Agus bekerja tanpa mengenal Lelah. Semuanya
itu dengan suatu keyakinan demi terwujudnya apa yang diharapkan.
2.4 Penyebab Mengapa Manusia Mempunyai Harapan
Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan,
yaitu:
A.
Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah
yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan.
Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan
dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Kodrat juga terdapat pada binatang dan
tumbuh-tumbuhan, karena mereka perlu makan, berkembang biak, dan mati. Yang
mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga
besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara keduanya ialah bahwa manusia
memiliki akal dan kehendak. Dengan akal, manusia dapat mengetahui mana yang
baik dan mana yang buruk dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat,
kodrat pembawaan, dan kemampuan untuk bersosialisasi. Dengan kodrat tersebut,
maka manusia mempunyai harapan.
B.
Dorongan Kebutuhan
Hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai
bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat
dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja
sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat
terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan
hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.5 Pengertian Doa
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai
kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada
di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu dan tadharru dalam menghadapkan diri
kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan
tercapainya sesutau yang dimohonkan.
Pengertian doa bagian dari ibadah adalah bahwa
kedudukan doa dalam ibadah ibarat mustaka dari sebuah bangunan masjid. Doa
adalah tiang penyangga, komponen penguat serta syiar dalam sebuah peribadatan.
Dikatakan demikian karena doa adalah bentuk pengagungan terhadap Allah dengan
disertai keikhlasan hati serta permohonan pertolongan yang disertai kejernihan
nurani agar selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi.
2.6 Jenis-Jenis Doa
Syeikh Abdurrahman bin Sa’diy berkata “setiap perintah
di dalam al-qur’an dan larangan berdoa kepada selain Allah, meliputi doa
masalah (permintaan) dan doa ibadah”. Adapun perbedaan antara kedua macam doa tersebut
adalah:
Doa masalah (permintaan) adalah meminta untuk
diberikan manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya
permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
A. Permintaan yang
ditujukan kepada Allah semata.
B. Permintaan yang
ditujukan kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan
permintaannya. Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar, atau
tempat-tempat kramat. Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
C. Permintaan yang
ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa
dilakukan, seperi meminta prang lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau
membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
Doa ibadah maksudnya semua bentuk indah atau ketaatan
yang diberikan kepada Allah baik lahir maupun batin, karena pada hakikatnya
semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa, dan sebagainya, tujuan utamanya
adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.
2.7 Contoh-Contoh Doa
Adapun lafadz doa yang ada dalam al-qur’an, yaitu:
A. Ibadah. Seperti
firman Allah dalam surat Yunus ayat ke 106 “dan janganlah kamu menyembah
apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi madharat kepadamu selain
Allah, sebab jika kamu berbuat demikian, maka kamu termasuk orang-orang yang
zalim”.
B. Perkataan atau
keluhan. Seperti pada firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat ke 15 “maka
tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga jadikan mereka sebagai tanaman yang
telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi”.
C. Panggilan atau
seruan. Seperti pada firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat ke 52 “maka kamu
tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan
menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu
berpaling ke belakang”.
D. Meminta
pertolongan. Seperti pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat ke 23 “dan
jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-qur’an yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal al-qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
E. Permohonan.
Seperti pada firman Allah dalam surat Al-Mukmin ayat ke 49 “dan orang-orang
yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga Jahannam, mohonkanlah
kepada Tuhanmu supaya dia meringankan azab dari kami barang sehari”.
2.8 Pengertian Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya
mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang
sering kita dengar, yaitu:
A. Ia tidak percaya pada
diri sendiri.
B. Saya tidak percaya
ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya.
C. Bagaimana juga
kita harus percaya kepada pemerintah.
Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar
dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar
kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimilik seseorang, bukan
karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang
lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan
karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya,
melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan
yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin
besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu makin besar
kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap
diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan, langsung atau tidak langsung
kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besarnya.
Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir
bebas, ha katas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak beragama menurut
keyakinan.
2.9 Teori-Teori Kebenaran
Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “filsafat ilmu”,
sebuah pengantar popular ada tiga teori kebenaran, yaitu:
A.
Teori Koherensi
atau Konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan
itu bersifat koherensi atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
B.
Teori
Korespondensi
Suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan
benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorenponden
(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
C.
Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
2.10 Perbedaan dari Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran
adalah manusia. Kepercayaan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
A.
Kepercayaan pada
diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri ditanamkan setiap
pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya pada Tuhan yang Maha
Esa. Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya salah, dirinya menang, dirinya
mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
B.
Kepercayaan kepada
orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya
kepada saudara, orang tua, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu
sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata
hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya
karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi,
meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada
orang lain.
C.
Kepercayaan kepada
pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika,
filsafat tingkah laku karya Prof. Ir. Poedjawiyatna, negara itu berasal dari
Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau
setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah ciptaan
Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja,
langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan
pula.
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan
adalah dari rakyat, kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat
itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara. Manusia sebagai
seorang individu tak berarti. Orang mempunyai arti hanya dalam masyarakat,
negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak
pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter, satu-satunya yang
mempuyai hak ialah negara, manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya
mempunyai kewajiban.
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan
teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan
adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalua manusia sebagai warna negara
percaya kepada negara atau pemerintah.
D.
Kepercayaan kepada
Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan itu amat penting, karena
keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan.
Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu
amat penting. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak
mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang
mengalirkan daya kekuatannya.
Usaha manusia
untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya, yaitu:
A. Meningkatkan
ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah
B. Meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat
C. Meningkatkan
kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong dan sebagainya
D. Mengurangi nafsu
mengumpulkan harta yang berlebihan
E. Menekan perasaan
negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam
satu naungan atau berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia
tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal
sekalipun mempunyai harapan. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman,
lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan
akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah
kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak,
tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar
terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada
praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara
berusaha dan berdoa.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha
atau bekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai
harapan yang besar. Dan untuk memperoleh harapan yang besar tetapi kemampuannya
kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam, yaitu berdoa.
3.2 Saran
Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai
harapan, kita tidak boleh menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena
harapan dan keinginan itulah yang membuat hidup kita menjadi berarti didunia
ini, yang terus memberikan dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan
yang terbaik dalam setiap pekerjaan.
Selain itu kita juga berpedoman terhadap kepercayaan
kepada Allah SWT, yaitu dengan berusaha dan berdoa yang seimbang. Dan
diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengan tetap berada
dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain.
Selain itu juga untuk mempersiapkan mental kit ajika harapan yang diinginkan
tidak tercapai, sehingga tidak membuat kita putus asa untuk selalu terus
mencoba.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment